Saturday, October 09, 2004

Pahami Anak dengan "Teori Empat Kepribadian"

Pahami Anak dengan "Teori Empat Kepribadian"
Oleh: Vita Sarasi

Sunday, 26 September 2004

Halaman 1/2
Terkadang kita kurang sabar melihat anak "lelet" dan malas. Atau kita
suka stres melihat anak tanpa rasa bersalah membuat rumah berantakan
layaknya "kapal pecah". Tetapi jika kita melarang atau memberi
nasehat, anak akan marah-marah atau menangis dengan kerasnya. Si buah
hati merasa kita tidak memahami dirinya.

Konflik semacam ini sebenarnya dapat dihindari dengan mencoba memahami
bahwa kepribadian anak mungkin berbeda dengan kita. Dengan memahaminya
komunikasi kita dengan anak dapat terjalin lebih baik.

Karakteristik Empat Kepribadian

Hippocrates, seorang tabib dan ahli filsafat dari Yunani (460-370 SM)
menemukan bahwa pada dasarnya ada empat tipe kepribadian yaitu sanguin
(populer), koleris (kuat), melankolis (sempurna), dan phlegmatis
(damai). Teori ini terus berkembang sampai sekarang dan dipopulerkan
Florence Littauer dalam buku seri Personality Plus. Empat tipe
kepribadian ini beserta kombinasinya menjadikan tiap anak unik. La
Haye dan Littenauer menganalis masing-masing kepribadian memiliki
karakteristik positif dan negatif. Kita perlu memahaminya, lebih-lebih
jika kita dan anak memiliki tipe kepribadian yang berbeda.

Anak sanguin
Mereka memiliki energi yang besar, suka bersenang-senang dan supel.
Selain itu suka mencari perhatian, sorotan, kasih sayang, dukungan,
dan penerimaan orang-orang di sekelilingnya. Anak sanguin suka memulai
percakapan dan menjadi sahabat bagi semua orang. Anak tipe ini
biasanya optimis dan selalu menyenangkan. Namun, ia tidak teratur,
emosional, dan sangat sensitif terhadap apa yang dikatakan orang
terhadap dirinya. Dalam pergaulan, anak sanguin sering dikenal sebagai
"si tukang bicara".

Anak koleris
Suka berorientasi pada sasaran. Aktivitasnya dicurahkan untuk
berprestasi, memimpin, dan mengorganisasi. Anak koleris menuntut
loyalitas dan penghargaan, berusaha mengendalikan dan mengharapkan
pengakuan atas prestasinya, serta suka ditantang dan mau menerima
tugas-tugas sulit. Tapi mereka juga suka merasa benar sendiri, suka
kecanduan jika melakukan sesuatu, keras kepala, dan tidak peka
terhadap perasaan orang lain. Anak seperti ini sering diidentifikasi
sebagai "si pelaksana".

Anak melankolis
Cenderung diam dan pemikir. Ia berusaha mengejar kesempurnaan dari apa
yang menurutnya penting. Anak tipe ini butuh ruang dan ketenangan
supaya mereka bisa berpikir dan melakukan sesuatu. Mereka juga
berorientasi pada tugas, sangat berhati-hati, perfeksionis, dan suka
keteraturan. Karenanya, mereka sering kecewa dan depresi jika apa yang
diharapkannya tidak terwujud dengan sempurna. Anak melankolis sering
diidentifikasi sebagai "si perfeksionis" atau "si pemikir".

Anak phlegmatis
Anak yang seimbang, stabil, merasa diri sudah cukup, dan tidak merasa
perlu merubah dunia. Ia juga tak suka mempersoalkan hal-hal sepele,
tak suka risiko atau tantangan, dan butuh waktu untuk menghadapi
perubahan. Si anak kurang berdisiplin dan termotivasi sehingga suka
menunda-nunda sesuatu. Kadang, ia dipandang orang lain sebagai
"lelet". Bukannya karena ia kurang cerdas, tapi justru karena ia lebih
cerdas dari yang lain. Anak phlegmatis tak suka keramaian ataupun
banyak bicara. Tapi ia banyak akal dan dapat mengucapkan kata yang
tepat di saat yang tepat, sehingga cocok menjadi negosiator. Ia kadang
diidentifikasi sebagai "si pengamat" atau "si manis".

Pada kenyataannya, seseorang dapat memiliki lebih dari satu jenis
kepribadian. Setidaknya, tiap orang adalah perpaduan yang unik antara
dua atau bahkan tiga jenis kepribadian. La Haye membuat daftar
setidaknya ada dua belas perpaduan kepribadian, yaitu : San-Kol,
San-Mel, San-Fleg, dst. Misalnya, tipe kepribadian campuran antara
sanguin dan koleris memiliki ciri mudah bergaul dan optimistis, tipe
kepribadian campuran antara phlegmatis dan melankolis menghasilkan
individu dengan gaya bicara lemah lembut dan tidak pemarah.

Bagaimana menggunakan teori ini untuk memahami anak
1.Menurut psikolog, kepribadian anak ini dapat diamati orangtua sejak
masih bayi meski belum terlalu jelas. Caranya adalah dengan memantau
anak. Anak koleris, misalnya, tangisannya lebih keras. Jika minta susu
atau sesuatu harus segera dipenuhi. Anak sanguin sejak kecil sudah
senang senyum dan menyapa orang lain. Anak phlegmatis cenderung lebih
tenang, dan anak melankolis cenderung sensitif.

2.Semua tipe kepribadian memiliki kelebihan dan kekurangan. Jika tidak
memahami, bisa saja kita keliru menganggap anak koleris sebagai anak
yang hiperaktif dan nakal. Padahal, mereka bukannya nakal, tapi sifat
kepribadian ini yang cenderung aktif. Jadi kita jangan langsung mencap
si anak negatif. Anak sanguin, segi positifnya mudah bergaul, namun
kelemahannya cenderung bingung jika tidak ada teman, dan sembrono.
Anak phlegmatis adalah tipe ilmuwan yang tekun, suka membaca. Namun
sisi negatifnya, ia agak sulit bergaul dan tidak mengutamakan hubungan
interpersonal. Anak melankolis sifatnya cenderung introvert,
aktivitasnya agak rendah, dan emosinya labil. Tapi jika mengerjakan
sesuatu selalu ingin sempurna, jadi cenderung kecewa jika yang
diharapkannya tak terwujud.

3.Dengan memahami bahwa setiap anak memiiki kepribadian berbeda, kita
dapat lebih berempati dan tak perlu marah jika melihat anak malas,
suka membantah, atau banyak bicara. Selain itu kita juga dapat
memaksimalkan potensi anak sejak dini yaitu dengan memilihkan jenis
kegiatan, kursus atau sekolah yang sesuai dengan bakat dan kepribadian
anak.

4.Kepribadian memang bisa berubah sedikit demi sedikit setelah anak
menjadi dewasa. Perubahan kepribadian ini dapat dibantu oleh orang
tua. Misalnya, jika ia terlalu emosional maka kita perlu mendidiknya
supaya bisa lebih bersabar. Anak yang suka bicara blak-blakan harus
diajari sopan santun supaya mereka tahu bagaimana berbicara yang baik
tanpa harus menyakiti lawan bicaranya. Tentunya, cara mendidik anak
tersebut harus disesuaikan dengan kepribadiannya. Cara yang terbaik
adalah dengan memberinya teladan yang baik, misalnya kalau kita mau
mendidik anak supaya tidak cepat marah, maka terlebih dahulu kita
harus belajar bersabar. Kepribadian yang muncul pada diri anak
sebenarnya merupakan "cermin" dari orangtuanya.

5.Jika anak menjadi remaja, pengaruh lingkungan (misalnya acara TV dan
teman-temannya) dapat mempengaruhi kepribadiannya. Untuk mengatasinya
kita tidak perlu terlalu banyak melarang, tapi berilah pengertian
secukupnya misalnya dari sisi ajaran agama. Jadi bukan memberi "PAGAR"
tapi cukup dengan "FILTER". Diharapkan, anak dengan sendirinya dapat
menyaring yang terbaik buat dirinya.

6.Terakhir, jika kita masih sulit juga mengatasi kepribadian anak yang
cenderung negatif, sebaiknya kita berkonsultasi dengan psikolog anak
atau orang lain yang lebih berpengalaman, misalnya seorang guru atau
orang tua yang bijak.
(dari berbagai sumber)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home