Tuesday, October 12, 2004

IMUNISASI PERTAMA & UTAMA (artikel)

IMUNISASI PERTAMA & UTAMA
Sumber : Mohamad Harli (SWARA (5/8 1999))
PENYAKIT pnemonia saat ini merupakan pembunuh nomor satu pada bayi dan anak (Kompas, 5/2/'99). Dilaporkan, hampir setiap empat menit satu orang bayi meninggal akibat pnemonia, penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang disebabkan bakteri, virus, dan faktor lingkungan yang tidak sehat.
Kejadian tersebut sebenarnya dapat dicegah secara mudah, salah satunya dengan hanya memberikan air susu ibu (ASI) saja pada bayi sejak lahir hingga ia berusia 4-6 bulan (ASI eksklusif). ASI ternyata mengandung zat anti berbagai penyakit infeksi, termasuk zat antipnemonia.
Dilaporkan, selain zat gizi yang pas dan prima, ASI juga mengandung unsur kekebalan atau zat anti-infeksi yang sangat diperlukan sistem pertahanan tubuh bayi yang baru lahir. Zat anti-infeksi tersebut akan melindungi bayi dari serangan kuman penyebab infeksi dan parasit yang dapat mengganggu penyerapan zat-zat gizi.
Antibakteri-virus-parasit
ZAT anti-infeksi ASI yang sangat unik adalah imunoglobulin (Ig) karena in vitro menunjukkan aktivitas anti-bakteri, anti-virus, dan anti-parasit sekaligus. Ada lima jenis imunoglobulin, yaitu IgA, IgM, IgD, IgE, dan IgG dengan fungsi masing-masing, dan akan saling bekerja sama dalam memperkuat daya tahan tubuh dan menyehatkan bayi.
Dilaporkan, imunoglobulin ASI dan sekretorinya aktif melawan dan membunuh bakteri penyebab diare (E coli), penyebab kolera (Vibrio cholerae), disentri (Shigella dysentriae), dipteri (Clostridium dipteriae), tetanus (Clostridium titani), pnemonia (Klebsella dan Streptococcus pneumoniae), flu (Haemophillus influenzae).
Sebagai antivirus, imunoglobulin aktif melawan dan membunuh virus polio, campak, herpes simpleks, TBC, flu, virus rubella, gondongan, dan lain-lain. Sebagai antiparasit imunoglobulin aktif melawan dan membunuh parasit Gardia lamblia, Entamoeba histolytica, Schistosoma mansoni yang mengganggu penyerapan zat nutrisi sehingga bayi kurang gizi.
Imunoglobulin ASI tidak diserap tubuh tetapi aktif bekerja di permukaan saluran pencernaan untuk melawan serangan kuman, menetralkan racun yang dihasilkan kuman tersebut, bahkan membunuh kuman penyebab infeksi tersebut.
Faktor bifidus
Faktor bifidus dalam ASI berupa senyawa protein-polisakarida merupakan media paling baik untuk pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus yang berperan mengasamkan lingkungan saluran pencernaan sehingga bakteri patogen dan parasit tidak bisa hidup dan berkembang biak. Adanya faktor bifidus tersebut akan memberi ciri khas pada kotoran bayi berusia seminggu yang mendapat ASI. Sementara pada kotoran bayi yang diberi susu formula, kotorannya sudah seperti orang dewasa.
Lysozyme ASI aktif menghancurkan dinding sel bakteri patogen sekaligus aktif melawan dan melindungi saluran pencernaan bayi dari serangan virus tertentu. Lysozyme adalah enzim yang sangat aktif di lingkungan asam seperti di saluran pencernaan. Kadarnya dalam ASI ribuan kali lebih tinggi dibanding kadar lysozyme yang terdapat dalam susu sapi (formula).
Unsur lactoferrin ASI berperan mengikat zat gizi besi (Fe) sehingga bakteri patogen yang perlu Fe untuk pertumbuhannya akan mati. Oleh karena itu bayi yang menyusu ASI dilarang mendapat suplemen zat besi, karena akan membuat ganas bakteri patogen tersebut. Sementara enzim laktoperoksidase bersama unsur lainnya berperan melawan serangan bakteri jenis Streptococcus (termasuk S pneumoniae) Pseudomonas, E coli dan lain-lain.
Sel-sel susu ASI mengandung makrofage (berfungsi melindungi kelenjar susu ibu, saluran pencernaan bayi, memproduksi senyawa komplemen untuk proses phagositosis, lactoferrin, lysozyme), limfosit B dan T (memproduksi interferon untuk menghambat replikasi virus intraseluler), dan neutrophil. Sel-sel susu tersebut aktif melawan serangan dan membunuh E coli, Candida albicans, virus rubella, herpes, campak, gondongan, dan kuman yang mengganggu saluran pernapasan bayi.
Zat anti-infeksi lain dalam ASI dan kuman yang akan dibunuhnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran.
Kolostrum dan imunisasi
BERBAGAI zat anti-infeksi tersebut kadarnya tertinggi terdapat dalam kolostrum, ASI yang pertama kali keluar. Dan kadarnya ada yang naik, tetap atau akan menurun setelah minggu pertama menyusui sesuai keperluan untuk meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Namun, kadar zat anti-infeksi dalam ASI tersebut tergantung pada kondisi kesehatan dan gizi/makanan ibunya.
Oleh karena itu selain dari kolostrum dan ASI, bayi harus pula ikut program imunisasi nasional seperti imunisasi BCG, DPT, polio, hepatitis B, campak dan lain-lain sesuai umur, serta pemberian kapsul vitamin A, yang sudah bisa dilakukan di posyandu. Hal itu akan lebih meningkatkan daya tahan tubuh bayi sehingga ia menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit.
Di tengah krisis total yang sedang dihadapi seluruh bangsa saat ini, memberikan ASI saja sejak lahir hingga bayi berusia 4-6 bulan (ASI eksklusif) merupakan tindakan yang sangat bijaksana. Hal itu akan memberikan dampak sangat positif pada orangtua sekaligus bayinya.
Orangtua bisa menghemat biaya untuk makanan dan perawatan kesehatan, sementara bayi terpenuhi kebutuhan gizinya, terhindar dari penyakit infeksi seperti pnemonia, sehingga bayi dapat menjalani proses tumbuh-kembangnya secara optimal untuk menjadi generasi yang tangguh dan tahan banting di abad ke-21.

Unsur Kekebalan dalam ASI dan Fungsinya dalam Tubuh Bayi

Unsur Kekebalan
1.Faktor bifidus fungsinya:Menstimulasi pertumbuhan bakteri bifidus yang antagonis terhadap kelangsungan hidup bakteri patogen saluran pencernaan.

2.Sekret Immunoglobulin (Ig): Ig-A. Ig-M, Ig-E, Ig-D, Ig-G fungsinya:Bekerja melawan invasi bakteri mukosa dan/atau kolonisasinya di usus; mampu menetralkan racun yang dihasilkan bakteri dan virus

3.Faktor anti-Staphylococcus fungsinya:Menghambat infeksi sitemik oleh bakteri Staphylococcus

4.Laktoferin fungsinya: Mengikat zat gizi besi (Fe) dan menghambat proses multifikasi bakteri patogen dalam saluran pencernaan

5.Laktoperoksida fungsinya: Membunuh bakteri Streptococcus dan bakteri patogen saluran pencernaan lainnya

6.Complement (C-4 dan C-3) fungsinya: Memudahkan proses fagositas pada sel "menelan" benda asing untuk dihancurkan.

7.Interferon fungsinya: Menghambat perbanyakan (replikasi) virus intraseluler

8.Lysozyme fungsinya: Membunuh bakteri dengan cara merusak dinding sel bakteri tersebut

9.Protein pengikat B-12 fungsinya: Mengubah dan mengikat vitamin
B-12 tidak bisa digunakan untuk pertumbuhan bakteri patogen

10.Lipase dan garam empedu fungsinya: Membantu produksi senyawa-senyawa lemak anti parasit

11.Glikosida dan oligosakarida fungsinya: Mengikat racun-racun bakteri E coli (penyebab diare), dan mencegah masuknya racun tersebut masuk ke dalam sel-sel epitelial dengan menyamar sebagai reseptor yang analog

12.Peptida fungsinya: Menunjukkan aktivitas antivirus dengan mengacaukan serangannya ke sel target

13.Limfosit fungsinya: Sel darah putih yang mensintesa sekret Ig-A dan fungsi limfosit (darah putih) lainnya

14.Makrofage fungsinya: Sel darah putih yang mensintesa Complement, Lactoferrin, Lysozyme, dan faktor lain; mengeluarkan hasil phagostosis dan fungsi lainnya.

Sumber: Worthington-Roberts, B.S. (1993)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home