Tuesday, October 19, 2004

KOK, KEPALANYA PANJUL, SIH? (artikel)

KOK, KEPALANYA PANJUL, SIH?

Jika ibu melahirkan secara normal, wajarlah bila si kecil kepalanya panjul. Pasalnya, bentuk
kepala dipengaruhi oleh proses kelahiran. Lain hal bila kepalanya peyang.

Jadi, Bu-Pak, bila bayi Anda memiliki kepala panjul sementara bayi tetangga atau kerabat Anda
kepalanya berbentuk bulat sempurna, kemungkinan besar karena si tetangga/kerabat menjalani kelahiran
lewat bedah sesar. "Bila ibu menjalani bedah sesar dan kepala belum masuk ke panggul ibu, bayi
lahir melalui jalan yang lebih besar saat operasi sehingga kepalanya cenderung akan berbentuk bagus,
yaitu bulat," terang dr. Irawan Mangunatmadja, Sp.A dari RSUPN Cipto Mangunkusumo.

Tak demikian halnya dengan bayi yang lahir melalui partus pervaginam atau proses kelahiran normal,
"akan memiliki kepala yang sedikit memanjang," lanjut Irawan. Keadaan ini disebabkan kepala yang
besar harus melalui jalan lahir yang kecil sehingga tulang kepala harus melakukan penyesuaian yang
dalam istilah kedokteran disebut moulage (mulase).

BENGKAK DAN PANJUL

Lebih jauh dijelaskan Irawan, kepala bayi ketika lahir tak seperti kepala setelah lahir. Sebelum
lahir, antara tulang kepala bayi sebelah kiri dan sebelah kanan seperti terbelah oleh "jahitan".
"Jahitan" tersebut adalah sutura (persendian tak bergerak yang menggabungkan tulang-tulang
tengkorak) yang berfungsi untuk mempermudah proses kelahiran. "Kepala ini sebenarnya, kan, tulang. Jadi,
sutura diciptakan untuk mempermudah proses kelahiran," jelasnya.

Sewaktu proses kelahiran, sutura akan overlapping, saling menindih sehingga membuat kepala bayi
mengecil. Dengan demikian, kepala bayi dapat melewati panggul ibu yang sempit sehingga lahirlah si
bayi.

Nah, bila proses kelahiran normal mengalami hambatan semisal bayi terlalu lama di dalam panggul
ibu, bisa mengalami seval hematom, yaitu pendarahan di kulit kepala yang terjadi karena ibu terlalu
lama menekan ketika proses kelahiran, namun bayi tak keluar. "Darah itu, kan, kadang susah diserap
oleh kulit sehingga membuat kepala menjadi seperti panjul," terang Irawan. Kalau ini yang terjadi,
dokter pun tak bisa berbuat apa-apa kecuali mendiamkannya. "Toh, lama-lama darah tersebut akan
diserap sedikit demi sedikit dan sisanya akan menjadi tulang." Tapi, tak usah khawatir, Bu-Pak. Hal
ini tak berbahaya karena pendarahannya terjadi di luar tulang kepala.

Pada kelahiran normal yang mengalami hambatan juga bisa terjadi kaput suksedaneum di kepala bayi,
yakni bila ibu terlalu lama mengejan sehingga dari pembuluh darah keluar cairan yang merembes ke
jaringan kulit kepala bayi. Akibatnya, kepala bayi jadi bengkak atau panjul. Tapi Bapak dan Ibu
juga tak perlu khawatir karena hal ini tak akan berlangsung lama. "Kepala bayi akan berubah ke bentuk
normal dalam satu atau dua hari," kata Irawan seraya melanjutkan, "Hal ini hampir sama dengan bayi
lahir lewat pertolongan ekstrasi vakum." Bentuk kepalanya akan lebih lonjong akibat bekas tarikan
tindakan tersebut. Namun kelainan bentuk kepala ini akan dapat kembali normal dalam satu bulan
setelah kelahiran.

KEPALA PEYANG

Bagaimana dengan bentuk kepala peyang ? Kalau yang ini, ujar Irawan, bukan lantaran proses
kelahiran. "Kepala peyang biasanya terjadi pada bayi-bayi yang mengalami hipotoni atau kelemahan otot,"
jelasnya. Umumnya, posisi tidur bayi yang selalu telentang karena lemas sehingga menyebabkan kepala
bagian belakang menjadi datar.

Biasanya para ibu akan menggunakan bantal peyang karena khawatir kepala bayinya akan peyang.
Menurut Irawan, bila bayi normal atau sehat, bantal peyang sama sekali tak diperlukan. "Karena bayi
yang sehat, pada saat tidur pun akan menggerak-gerakkan kepalanya. Terlebih lagi bila umurnya sudah 4
bulan, misalnya, bayi sudah bisa tengkurap sehingga ia akan bolak-balik dari tidur telentang ke
tengkurap," terangnya.

Jadi, Bu-Pak, tak perlulah si kecil diberi bantal peyang bila ia sehat. Toh, kepalanya tak akan
jadi peyang. Lain halnya bila ia mengalami hipotoni, "bantal peyang akan berguna karena kepala bayi
ditaruh di tempat yang datar, sehingga sedikit-banyak dapat membantu agar tak terlalu peyang,"
jelas Irawan.

PERHATIKAN LINGKAR KEPALA

Sebenarnya, kata Irawan, bentuk kepala tak terlalu penting. Yang lebih penting justru ukuran
lingkar kepala karena menentukan proses perkembangan otak bayi. "Bila bentuk kepalanya panjul namun
lingkar kepalanya normal, ini bukan masalah karena otak bayi akan berkembang dalam keadaan baik,"
terangnya. Ukuran lingkar kepala bayi yang normal kurang lebih 34 cm pada saat lahir. Selanjutnya
akan bertambah 2 cm pada 3 bulan pertama, 1 cm pada 3 bulan kedua, dan 0,5 cm pada 6 bulan
selanjutnya.

Mengingat pentingnya ukuran lingkar kepala, Irawan menganjurkan agar orang tua memantaunya secara
rutin setiap 1 atau 2 bulan sekali sampai anak berusia 2 tahun. "Akan lebih baik bila hasil ukuran
yang didapat tadi, secara telaten dibandingkan dengan grafik ukuran lingkar kepala dari Nelhaus
yang selalu terdapat dalam buku catatan bayi." Dalam buku tersebut biasanya ada range atau kurve
lingkar kepala. Bila kurve-nya masih dalam range yang ada, berarti perkembangan kepalanya normal.

Jadi, bila dalam grafik terlihat kenaikan yang curam, berarti perkembangan otak bayi tak baik
karena perkembangan kepalanya terlalu besar atau dikenal dengan istilah makrosefali. "Kelainan
makrosefali sering disebabkan peningkatan jumlah cairan otak atau istilahnya hidrosefalus," jelas Irawan.
Sedangkan bila perkembangannya terlalu kecil disebut mikrosefali atau lingkar kepala yang kecil.
"Mikrosefali mencerminkan perkembangan otak yang terganggu, misalnya, pada bayi dengan infeksi
kongenital ataupun akibat gangguan saat proses persalinan," lanjutnya.

Deteksi dini adanya kelainan dalam ukuran lingkar kepala, tekan Irawan, dapat memberikan
tatalaksana yang optimal sehingga gangguan dalam perkembangan anak dapat diminimalisir.

Namun demikian, ukuran lingkar kepala tak dapat diterapkan pada semua bayi; terlebih pada bayi
prematur karena ukuran lingkar kepalanya memang kecil. Jadi, pada bayi prematur, normal saja bila
ukuran lingkar kepalanya kecil. "Tapi bagi bayi yang lahir lebih bulan dan cukup bulan, hal ini
berlaku," ujar Irawan.

Bayi yang lahir lebih bulan, misalnya, akan memiliki lingkar kepala yang kecil karena
perkembangannya terhambat saat janin. Sedangkan bayi lahir cukup bulan tapi kepalanya kecil, pasti ada
gangguan nantinya. Mungkin dalam satu atau dua bulan setelah kelahiran tak terlihat. Tapi, semakin besar
dan fungsi otaknya pun semakin kompleks serta penuh, maka akan terlihat si bayi menjadi
ketinggalan. Misalnya, hingga usia 3 bulan bayi masih berkembang normal seumpama dapat tengkurap. Namun di
bulan berikutnya ketika bayi lain sudah bisa duduk, misalnya, ia mungkin belum bisa.

Itulah mengapa, Irawan menegaskan, ketika bayi lahir, ibu sebaiknya mengetahui berapa ukuran
lingkar kepala bayinya, "bukan malah bagaimana bentuk kepalanya."

Jadi, Bu-Pak, tak usah risau dengan bentuk kepala si kecil. Meskipun panjul atau peyang, yang
penting ukuran lingkar kepalanya normal. Toh, kecantikan/kegantengannya tak akan hilang hanya
gara-gara bentuk kepalanya tak bagus. Iya, kan!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home