Wednesday, October 20, 2004

Karena Doa Kita (artikel)

Karena Doa Kita
Penulis:Ummu Fani

Suatu waktu temanku bercerita dengan nada mengeluh tentang putrinya,
Zahra (3 tahun). Menurutnya Zahra sangat nakal, manja, cengeng, dan sama
sekali tidak mau berpisah dengannya bila dia ada di rumah. Tetapi saat
ibunya bekerja dan ia ditinggal di rumah bersama pengasuh, Zahra menjadi
anak yang manis.

Itu bukan cerita aneh, hampir semua anak berperilaku demikian, tak
terkecuali anakku. Kubiarkan temanku bercerita sampai puas tentang
anaknya. Setelah selesai, aku berkomentar, "Bukankah itu do'amu?"

Temanku terperangah dan menyangkal, "Ah Masa! Nggak, ah. Aku tidak
berdo'a seperti itu."
Aku menjawab dengan mantap, "Bukankah sadar atau tidak hati kita sebagai
ibu akan berbisik, 'Nak, jangan nakal ya kalau Umi pergi." Atau, "Nanda,
jangan rewel ya kalau bunda ke luar rumah, Sayang, jangan cengeng ya
kalau Mama sedang pergi; dan sejenisnya'. Nah, bukankah ucapan ibu untuk
anaknya itu menjadi do'a yang makbul?"

Akhirnya temanku mengiyakan. Selanjutnya tinggal aku menambahkan saja.
"Kalau kamu mau ubahlah do'amu, misalnya 'nak jangan nakal ya kalau ibu
ada di rumah, menangislah asal ibu tidak mendengar'."

Temanku hanya tersenyum. Langsung kuterjemahkan, "Pasti kamu tidak akan
sanggup. Kita sebagai ibu akan merasa tenang jika meninggalkan buah hati
kita dalam keadaan manis, tidak rewel, tidak nakal dan tidak cengeng."

Perilaku cengeng, nakal, rewel, dan manja pasti melekat pada setiap
anak. Jika ibunya berdoa agar tidak bersifat seperti itu ketika
ditinggal pergi, tentu tertahanlah sifat itu pada si anak. Namun, si
anak lantas melampiaskan dan mencurahkan kecengengan, kenakalan,
kerewelan serta kemanjaannya saat bersama ibunya.

Seringkali sebagai ibu, kita lupa akan do'a yang kita ajukan pada Allah
swt. Misalnya, do'a untuk kesehatan dan kekuatan buah hatinya. Namun
ketika si upik ngompol dan BAB di pangkuan sementara sang ibu baru saja
hendak melaksanakan sholat, muncullah kekesalan di hatinya. Padahal,
bukankah kalau si upik tidak pipis dan BAB justru akan membuatnya
menderita, akan membuatnya sakit?
Juga, ketika buah hatinya berlari-lari tidak mau duduk diam,
mengacak-acak barang di rumah, main panjat-panjatan dan sebagainya, sang
ibu mengeluh capek dan kesal hatinya. Padahal, bukankah itu pertanda
anak kita sehat? Coba bayangkan jika anak hanya tergolek di tempat tidur
tanpa bisa melakukan apa-apa. Tidak bermain, tidak berlari, tidak
membuat 'kerusuhan-kerusuhan' kecil seperti mengacak-acak pakaian yang
telah diseterika, memanjat meja dan banyak lagi?alangkah menderitanya
hati ibunya.

Semua ibu pasti menginginkan anaknya pandai dan cerdas. Dan seorang ibu
pasti berdo'a demikian. Tapi sayangnya ketika sang anak yang sedang
belajar berbicara menanyakan sesuatu pada ibunya dan kemudian
mengulang-ulang terus pertanyaan yang sama, sang ibu lebih kerap menjadi
kesal dan menjawab sekenanya. Bahkan kadangkala diiringi nada tinggi
yang disertai ancaman untuk tidak bertanya lagi. Bagaimana kecerdasan
anak akan berkembang?

Semua memahami kalau doa ibu untuk anak-anaknya itu insya Allah akan
dikabulkan Allah, tetapi sayangnya ketika doa itu terkabul kita justru
tidak menyadari, bahkan mengeluh dan tidak bersyukur atas terkabulnya
doa kita.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home