Saturday, July 16, 2005

LO, KOK, MASIH NGOMPOL?

LO, KOK, MASIH NGOMPOL?

Tak perlu memarahinya, berikan saja latihan berkemih yang tepat.

Orang tua perlu tahu, sekitar 75 % kasus mengompol disebabkan faktor emosional. Gara-gara balita belum mampu menyalurkan kecemasannya dengan baik. Sementara aktivitas biologis ini diatur oleh otak yang mengirim sinyal ke kandung kemih untuk mengeluarkan air seni. Lantaran itu, bila kondisi emosi sedang tidak stabil, pengontrolan pengeluaran air seni ikut terganggu, terutama pada saat tidur.

Lalu bagaimana kita tahu kalau si kecil sedang terganggu emosinya? Lihatlah sikap dan perilakunya yang tidak biasanya. Yang biasa tenang mungkin menjadi overakting, agresif, atau malah murung, cengeng, bahkan amat pendiam. Lalu coba cari penyebabnya. Mungkin ia memi- liki masalah dengan adik/kakak, dimarahi orang tua, merasa diabaikan, sakit, orang tua bertengkar hebat, atau cemas karena akan ditinggal pergi oleh orang tuanya dalam waktu yang lama. Begitu pula bila ayah-ibunya memutuskan bercerai.

Kalau penyebabnya sudah ditemukan, penuntasan masalah harus disesuaikan dengan penyebab tersebut. Umpamanya, kalau anak merasa diabaikan orang tuanya yang selalu berangkat kerja pagi-pagi dan pulang malam, mau tak mau ayah atau ibu mesti memberikan lebih banyak waktu pertemuan yang berkualitas kepadanya.

PENYEBAB MASIH NGOMPOL

Bagi si kecil yang masih ngompol dan belum pernah "kering" dari usia bayi hingga prasekolah, ada dua kemungkinan penyebabnya: toilet training yang tidak berhasil atau gangguan fungsi kandung kemih.

* Toilet Training Tidak Berhasil

Sebenarnya anak 3 tahunan harus sudah mendapat toilet training. Kalau ia sampai keterusan mengompol hingga usia sekolah, citranya di mata teman-teman atau adik/kakak, dan sanak saudara akan menurun sehingga berdampak tidak baik buat konsep dirinya. Masalahnya, bagi sebagian orang tua, memberikan toilet training bukanlah pekerjaan mudah. Jika si prasekolah yang sudah dilatih untuk tidak pipis di celana tetap saja mengompol, mungkin latihannya masih "setengah-setengah". Akibatnya, anak belum paham benar bahwa pada saat tidur pun ia harus bangun dan pergi ke toilet bila ingin pipis.

* Gangguan Otot Kandung Kemih

Meski kasusnya jarang, bisa saja gangguan kesehatanlah yang membuat si kecil masih mengompol. Berikut di antaranya:

- Kapasitas kandung kemih anak relatif kecil sehingga ia jadi sering kencing. Untuk masalah ini, orang tualah yang mesti rajin dan sabar mengajak anak untuk sering ke kamar mandi. Jangan khawatir, dengan perjalanan waktu kandung kemih anak akan membesar sendiri nantinya.

- Otot-otot pengontrolan kandung kemih yang lemah atau kurang berfungsi. Penyebab gangguan ini bisa merupakan bawaan lahir yang ditandai dengan air seni yang terus menetes sehingga membuat celananya selalu basah.

- Ketidakseimbangan antara otot detrusor di kandung kemih dengan otot sfingter di leher kandung kemih. Saat buang air kecil otot detrusor akan mengalami kontraksi dan otot sfingter membuka. Jika anak belum memiliki keseimbangan maka sfingter-nya akan membuka sebelum terjadi kontraksi otot detrusor. Akibatnya terjadilah mengompol. Namun seiring bertambahnya usia, sekitar 5 tahunan, otot-otot tersebut akan seimbang. Maka itu, orang tua disarankan untuk melatih otot-otot ini dengan mengajak anak berlatih menahan kencing; kapan waktu kencing, dan kapan tidak serta di mana boleh kencing dan tidak.

Nah, diagnosa gangguan-gangguan ini harus melewati pemeriksaan detail oleh dokter. Namun biasanya baru dilakukan jika anak masih mengompol di atas 5 tahun dan bila tidak ditemukan faktor penyebab lain kenapa dia mengompol terus.

Kecuali jika gangguan tersebut memang sudah terdeteksi sejak lahir atau sudah menimbulkan infeksi maka kelemahan organ saluran kencing ini harus dikoreksi.

Gejala infeksi bisa ditandai dengan anyang-anyangan, sakit waktu BAK, dan mengedan saat BAK. Kalau sudah terinfeksi tentu harus dilakukan penyembuhan dengan obat-obatan.

AGAR NGOMPOL TIDAK TERULANG

Saat si kecil mengompol yang pasti orang tua tidak boleh berdiam diri. Juga tak perlu memarahi atau menghukumnya. Sebaliknya, lakukan tindakan aktif untuk membantu anak keluar dari masalahnya. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:

* Beritahu Anak tentang Latihan

Agar masalah mengompol ini tuntas diperlukan komunikasi dua arah. Orang tua perlu memberitahu tentang latihan yang ingin diterapkan. Anak pun mesti menerima latihan yang dibebankan orang tuanya. Penyampaian informasi mesti dengan kata-kata sederhana yang mudah dimengerti anak. Jangan lupa tunjukkan sikap kasih sayang agar si kecil mau menerima apa yang kita minta.

* BAK Sebelum Tidur

Setiap kali anak akan berangkat tidur, minta ia untuk BAK terlebih dulu. Dengan kosongnya kandung kemih berarti kandung kemih punya waktu untuk penuh kembali. Jika didukung dengan kemampuan otot-ototnya bisa saja anak terhindar dari ngompol.

* Ajak Anak ke Kamar Mandi

Perhatikan jam anak biasanya mengompol. Lalu hitung frekuensi BAK anak; 4 jam, 5 jam, atau 6 jam sekali. Bila dia tidur jam 21.00 berarti 4/5/6 jam kemudian, sekitar pukul 01.00/02.00/03.00, kita harus mengajaknya untuk BAK di kamar mandi. Usahakan bangun sebelum jam tersebut agar kita masih sempat mengajaknya BAK. Pasanglah alarm jam bila memang diperlukan.

* Bimbing Anak

Cara terbaik saat mengajak anak BAK adalah dengan berjalan bersamanya dan ajak ia untuk membuka celananya. Jangan menggendong atau menuntunnya. Apalagi membuka/memakaikan celananya. Biarkan anak melakukannya sendiri. Meski masih setengah terjaga namun sebagian pikirannya yang sadar akan tahu apa yang harus ia lakukan. Ini sangat baik untuk mendidik anak untuk tahu apa yang harus dilakukannya.

* Hindari Perlak dan Pospak

Untuk mengatasi masalah mengompol banyak orang tua mengambil jalan pintas, yakni melapisi seprai dengan perlak atau memakaikan si kecil pospak. Padahal itu justru akan memperpanjang kebiasaan mengompol. Pasalnya anak merasa kalau ia tidak perlu mengatur frekuensi BAK-nya dan bebas kencing kapan saja.

* Latihan Siang

Sangat penting melatihnya untuk tidak mengompol di siang hari. Caranya dengan menggunakan alarm yang disetel untuk memberitahu anak kapan dia harus ke kamar mandi untuk mengosongkan kandung kemihnya. Lakukan rentang waktu bertahap. Contoh, sebagai awal rentang waktu sekitar 2 jam, lalu tingkatkan menjadi 3-4 jam. Begitu seterusnya. Semakin lama rentang waktu untuk mengosongkan kandung kemihnya maka otot-otot kandung kemih dilatih untuk lebih kuat.

* Hadiah dan Hukuman

Bila anak berhasil tidak ngompol, berikan apresiasi. Misalnya dengan memberi hadiah atau imbalan. Tak perlu yang mahal-mahal, peluk dan pujian cukup untuk membuatnya senang sehingga termotivasi untuk tidak ngompol lagi. Imbalan dalam bentuk barang pun tidak dilarang; bisa kue kesenangan, boneka, mobil, atau lainnya. Yang penting, jangan sampai pemberian imbalan ini membuat anak menjadi ketergantungan. Maksudnya, jika tidak diberi imbalan maka dia akan ngompol lagi. Imbalan mesti membuat anak merasa dihargai sehingga mendorongnya untuk lebih serius tidak ngompol lagi.

Untuk itu, buat kesepakatan dengan anak. Jika dia mengompol akan mendapat hukuman. Namun hindari bentuk hukuman seperti hujatan, marah-marah, apalagi siksaan fisik. Pilihlah hukuman yang bersifat membangun motivasi. Misal, membersihkan bekas ompolnya sehingga dia tahu kalau ia mengompol harus menerima efek yang tidak menyenangkan. Sekali lagi, saat memintanya untuk itu, gunakan kata-kata yang tidak membuat anak merasa sangat bersalah.

PERLUNYA LATIHAN DI USIA BATITA

Sejak usia 3 tahun anak sebenarnya sudah mampu mengontrol kandung kemihnya. Namun untuk itu dibutuhkan toilet training sejak ia berumur 2 tahun.

Nah, lebih dini toilet training dilakukan akan lebih baik, semisal sejak usia 18 bulan. Intinya saat kemampuan motorik dan komunikasi si kecil sudah muncul, ia sudah siap untuk diajak melakukan pelatihan itu. Sayang, menurut penelitian sekitar 50 persen anak usia prasekolah masih mengompol. Penyebabnya tentu beragam. Tapi salah satunya adalah faktor orang tua yang menganggap toilet training tidak penting diajarkan pada anaknya yang masih kecil.

Anggapan ini tentu tidak tepat. Sebab, ngompol akan memiliki dampak tidak baik. Misalnya, membuat tempat tidur jadi kotor dan bau pesing dan mengakibatkan tidur jadi terganggu. Padahal kalau sampai anak kurang tidur, bawaannya jadi rewel terus. Pada anak yang berbakat alergi, ngompol malah dapat mengakibatkan munculnya gatal-gatal pada daerah genital dan memerahnya kulit karena terlalu lama bersentuhan dengan air seni.

Irfan Hasuki. Foto: Iman/NAKITA

Konsultan Ahli:

Any Reputrawaty, Psi.,

Psikolog RS Persahabatan Jakarta Timur.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home