Saturday, July 16, 2005

SEHAT BERKAT KONTROL RUTIN

Jangan menunggu si kecil sakit dulu, baru dibawa ke dokter.


Bu Ria, si bayi sudah dibawa ke dokter lagi belum?" "Belum tuh Bu Asti. Nanti saja deh kontrolnya dua bulan lagi. Bayi saya enggak sakit, kok!" "Wah, Bu. Sebaiknya sih periksakan si kecil tiap bulan untuk memastikan sehat atau tidak. Kalau menunggu sakit dulu baru diperiksa, nanti malah repot, lo."

Perdebatan ringan tentang perlu atau tidak bayi diperiksa secara rutin masih sering terjadi. Apa yang dianjurkan Asti, bahwa bayi sebaiknya dibawa kontrol ke dokter setiap bulan memang benar. Terutama sampai umur si kecil mencapai satu tahun. Kenapa? Karena rentang usia 0-1 tahun merupakan masa yang terbilang rawan penyakit. Itulah makanya ASI yang mengandung zat kekebalan terbaik bagi bayi sangat dianjurkan untuk diberikan. Gunanya untuk mencegah infeksi.

Pada saat kontrol bulanan, dokter akan memeriksa kondisi kesehatan secara keseluruhan, termasuk pencapaian tumbuh-kembangnya. Pada saat yang sama dokter juga akan memberikan imunisasi wajib sesuai jadwal yang sudah ditetapkan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Vaksinasi ini penting diberikan demi memperkuat kekebalan tubuh si kecil.

Keuntungan lainnya, jika pada saat kontrol diketahui sang bayi mengalami sakit, penanganan jadi bisa cepat dilakukan. Yang jelas, jangan baru ke dokter kalau si kecil sudah tampak sakit. Mengingat masa bayi mengemban tugas tumbuh-kembang yang sangat penting, maka kesehatan bayi perlu dikontrol dari waktu ke waktu.

PEMERIKSAAN UMUM

Secara umum, ada beberapa hal yang akan diperiksa dokter. Berikut di antaranya:

1. Pertumbuhan

Selama usia satu tahun pertama, pertumbuhan terjadi sangat pesat. Dokter akan memeriksa kondisi berat badan, apakah normal sesuai dengan grafik pertumbuhan atau tidak. Begitu pula dengan panjang badan akan diukur lalu dibandingkan dengan grafik. Satu lagi, dokter juga akan memeriksa ukuran lingkar kepala untuk mengetahui apakah normal atau tidak.

2. Perkembangan

Ada beragam pemeriksaan yang berkaitan dengan unsur perkembangan. Beberapa contoh di antaranya mengenai pemeriksaan apakah bayi sudah bisa tengkurap sendiri, membolak-balikkan badannya, merangkak dan sebagainya. Perlu diketahui, pemeriksaan kondisi perkembangan berkaitan pula dengan kondisi pertumbuhan otak. Dengan kata lain, jika otak berkembang baik, maka unsur perkembangan pun akan baik. faktor perkembangan meliputi empat aspek, yaitu motorik kasar, motorik halus, kemampuan berbicara dan emosi.

3. Nutrisi

Dokter juga akan memeriksa kondisi nutrisi si kecil apakah dalam keadaan baik atau buruk. Salah satu indikatornya bisa dilihat dari pertambahan berat badan dan panjang badan bayi. Sebagai contoh, jika diketahui berat badannya di bawah standar grafik dan terus melorot secara drastis, atau bahkan tak mengalami pertumbuhan sama sekali, ini tentu menandakan asupan nutrisinya buruk. Hal ini bisa juga mengindikasikan, bayi tersebut menderita penyakit, seperti diare atau penyakit akut.

Nah, jika kondisi berat badan yang tak naik-naik ini tak segera ditangani, maka kemungkinan juga akan mengganggu atau berpengaruh pada pertumbuhan tinggi badan. Dengan kata lain, jika berat badan diketahui tak menunjukkan kenaikan, maka tinggi/panjang badan pun takkan bertumbuh. Sebaliknya, jika kondisi berat badan terus naik dari bulan ke bulan, tentu boleh dibilang nutrisinya mencukupi atau baik.

Berkaitan dengan nutrisi, dokter juga biasanya akan memberikan informasi atau penjelasan, misalnya mengenai ASI eksklusif, makanan semipadat atau makanan peralihan yang baik dan bergizi. Dengan begitu, kekurangan nutrisi akan bisa dihindari.

4. Imunisasi

Dokter juga akan memeriksa apakah si kecil sudah menjalani imunisasi wajib sesuai yang dijadwalkan pemerintah. Dijelaskan pula mengenai berbagai imunisasi yang dianjurkan dan imunisasi yang diulang. Berkaitan dengan imunisasi ini, dokter dengan senang hati akan menjawab segala pertanyaan yang diajukan orang tua, misalnya tentang kekhawatiran efek samping imunisasi atau sebagainya.

5. Keluhan atau penyakit

Dokter juga akan menanyakan pada orang tua apakah si kecil mengalami keluhan atau sakit, misalnya batuk atau pilek. Pemeriksaan akan dilakukan lebih detail lagi kalau memang dicurigai ada penyakit atau sesuatu yang perlu penanganan lebih intensif. Misalnya pemeriksaan dengan rontgen atau kalau perlu pemeriksaan darah. Sekali lagi, upaya preventif dengan cara pemeriksaan secara rutin meski tidak dalam kondisi sakit sebaiknya lebih diutamakan daripada langkah pengobatan.

A-Z PEMERIKSAAN

Sebenarnya pemeriksaan kesehatan yang komplet dimulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berikut penjelasannya:

1. Memeriksa kondisi berat badan

Seperti sudah dijelaskan di awal, berat badan termasuk pemeriksaan inti dan wajib untuk mengetahui kondisi pertumbuhan si kecil.

2. Tinggi Badan

Sama halnya dengan berat badan, tinggi badan diukur untuk mengetahui sejauh mana pertumbuhannya.

3. Lingkar Kepala

Ukuran lingkar kepala diperiksa untuk mengetahui apakah sesuai dengan grafik pertumbuhan atau tidak. pada saat yang sama, dokter juga akan memeriksa kondisi ubun-ubun bayi. Umumnya, ubun-ubun masih terbuka hingga usia satu tahun. Bisa juga diketahui ada kelainan, seperti ubun-ubun yang terlalu cepat menutup dan sebagainya.

Masih berkaitan dengan kepala, dokter juga akan memperhatikan bentuk kepala bayi. Apakah mengalami pembesaran kepala atau hidrosefalus dan sebagainya. Begitu juga dengan raut wajah. dokter akan memperhatikan wajah si kecil. Adanya gangguan bisa dilihat dari wajah, misalnya sindrom down dan sebagainya. Dokter memang dituntut untuk peka memeriksa dan memerhatikan kondisi kesehatan bayi. Jika diketahui atau dicuriga ada masalah atau gangguan tentu akan diperiksa lebih intensif lagi.

4. Mata

Kondisi mata bayi juga tak luput diperiksa. Selain untuk mengetahui refleks terhadap cahaya, pemeriksaan mata juga bertujuan untuk mengetahui apakah ada penyakit, seperti katarak kongenital dan sebagainya.

5. Mulut

Seputar lidah dan mulut juga diperiksa dokter. Ada beberapa gangguan yang bisa diketahui melalui pemeriksaan mulut, semisal serangan jamur, peradangan, pembengkakan kelenjar amandel dan sebagainya. Dokter juga bisa melihat apakah si kecil sudah mulai tumbuh gigi atau belum.

6. Telinga

Bagian telinga, seperti daun telinga sampai lubang telinganya turut serta diperiksa. Apakah ada kotoran di daun atau dalam telinga, apakah kondisi lubang telinganya normal dan sebagainya. Pemeriksaan telinga juga dilakukan berupa pengetesan pendengaran. Misalnya, dengan menggunakan bel atau menjentikkan/bertepuk tangan untuk mengetahui reaksi bayi. Apakah dia akan mencari sumber suara atau diam tak bergerak atau tak memberikan respons. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui refleks pendengaran bayi.

7. Paru-paru

Pemeriksaan dilakukan dengan alat stetoskop untuk mengetahui bagaimana kondisi paru-paru si kecil. Pemeriksaan dilakukan tak hanya di bagian depan/dada tapi juga mencakup bagian belakang/punggung. Dokter memeriksa bagaimana kondisi pernapasan apakah normal atau tidak, apakah terdengar "bunyi" yang dicurigai sebagai gangguan atau tidak, dan sebagainya.

8. Alat kelamin

Pemeriksaan kelamin dilakukan untuk mengetahui adakah gangguan, misalnya bagaimana kondisi panjang penis apakah normal, bagaimana buah zakarnya dan skrotumnya dan apakah testis sudah turun atau belum. Untuk bayi perempuan diperiksa apakah ada perlengketan vagina, misalnya, karena biasanya vagina tertutup karena pemberian bedak yang berlebihan dan sebagainya. Diperiksa juga apakah ada ruam di sekitar alat kelamin.

9. Tangan dan kaki

Pemeriksaan tangan dan kaki dilakukan untuk mengetahui respons atau refleks si kecil. Apakah gerakan simetris atau tidak, apakah terus-menerus menggenggam atau sudah bisa membukakan telapak tangannya dan sebagainya. Seandainya bayi masih mengepalkan tangan sampai usia di atas 3 bulan patut dicurigai mengalami sesuatu, misalnya terjadinya gangguan pada susunan saraf pusat. Jika memang ditemukan ada kelainan, tentu akan dicek lebih jauh bagaimana perkembangannya secara keseluruhan. Barangkali ada kelainan neurologis. Mungkin saja kemudian diperlukan pemeriksaan dengan CT scan, rontgen, dan sebagainya. Apakah perlu juga dirujuk untuk diperiksa oleh dokter spesialis saraf, otak dan lainnya.

10. Kondisi kulit

Kulit bayi diperiksa apakah mengalami ruam, terinfeksi jamur, dan sebagainya. Lipatan kulit bayi yang tergolong gemuk biasanya rentan terserang jamur.

PEMERIKSAAN NEONATUS

Pada bayi baru lahir sampai usia sekitar 40 hari dilakukan pemeriksaan cukup intensif. Pada minggu pertama setelah lahir, orang tua wajib memeriksakan kondisi bayinya pada dokter. Di antaranya untuk mengetahui apakah si kecil mengalami kuning atau tidak. Bagaimana pula respons mengisap dan sebagainya. Setelah 40 hari, bayi tetap dianjurkan kontrol ke dokter paling tidak sebulan sekali. Masalahnya, gejala sakit pada bayi baru lahir kadang sangat sumir sehingga tak bisa langsung terdeteksi.

PEMERIKSAAN BAYI PREMATUR

Secara umum, pemeriksaan kesehatan terhadap bayi prematur relatif sama dengan bayi lahir cukup bulan. Namun, kurva pertumbuhannya memang khusus alias tidak sama dengan bayi yang lahir tepat waktu.

Selama dirawat di rumah sakit, bayi prematur memang diperiksa lebih intensif, meliputi:

- Kepala: bagian ini diperiksa untuk mengetahui apakah di jaringan otak terjadi perdarahan. Untuk itu perlu dilakukan skrining dengan USG kepala agar jika ada gangguan bisa segera ditangani.

- Mata: dikhawatirkan terdapat gangguan di bagian mata yang menyebabkan kebutaan.

- Telinga: kondisi telinga bayi prematur juga termasuk dalam daftar prioritas pemeriksaan, apakah ada gangguan pendengaran atau tidak. Alasannya, gangguan pendengaran dapat berkaitan dengan gangguan pada saraf.

Lalu, apakah bayi yang lahir prematur harus lebih sering diperiksa ke dokter? Tentunya bergantung pada kondisi gangguan atau kelainan yang dialami. Kalau tumbuh-kembangnya normal-normal saja, tentu sebulan sekali diperiksa sudah cukup.

Hilman Hilmansyah. Foto: Agus/NAKITA

Konsultan Ahli:

dr. Elizabeth Yohmi, Sp.A
dari RS St. Carolus, Jakarta

0 Comments:

Post a Comment

<< Home