Saturday, July 16, 2005

"SELAMA HAMIL, KOK, GIGI BERMASALAH?"

anjuran gosok gigi dua kali sehari sangat terasa manfaatnya di masa kehamilan. Soalnya, perubahan hormonal saat hamil amat berpotensi memunculkan gangguan pada rongga mulut, termasuk gigi dan gusi.

Sejak dinyatakan positif hamil, Gina (26), sebut saja begitu, jadi dibayangi kecemasan. Masalahnya, ia yang semula tak pernah mengeluhkan kondisi gigi-geliginya kini terpaksa harus jadi pasien tetap dokter gigi. Setiap pagi saat bangun tidur, mulutnya terasa asin, ternyata gusinya berdarah. Bahkan ada pula yang disertai pembengkakan. Bukan cuma itu. Beberapa gigi depannya terasa goyah yang kemudian tanggal. "Ini baru kehamilan pertama, lalu gimana kehamilan-kehamilan berikut? Bisa-bisa di usia relatif muda aku sudah ompong dong seperti nenek-nenek," ratap Gina dalam hati.

Gina tidak sendirian. Penga- laman serupa nyaris dialami oleh banyak ibu hamil. Mengapa bisa terjadi demikian? Penjelasan drg. Widijanto Sudhana, M.Kes., setidaknya bisa dijadikan gam- baran. Menurutnya, rasa sakit yang muncul merupakan indikasi buruknya kondisi gigi akibat kehamilan yang sedang dijalani. "Kehamilan memang berisiko memperburuk kesehatan gigi," tegas staf pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, Jakarta, ini.

AKIBAT NUTRISI KURANG

Penyebabnya, antara lain karena di awal kehamilan banyak ibu yang mengalami gangguan mual-muntah. Menurunnya porsi makan akibat gangguan mual-muntah ini akan menurunkan kemampuan tubuh menyerap makanan. Tak heran kalau asupan zat-zat gizi pun jadi sangat terbatas. Padahal selama hamil, tubuh justru membutuhkan nutrisi lebih banyak dan lebih berkualitas dibanding saat tidak hamil.

Menurunnya jumlah makanan yang masuk tentu akan mengu- rangi asupan mineral-mineral yang sangat penting bagi kesehatan dan kekuatan gigi, seperti kalsium, fosfor dan fluor. Perlu diketahui, setelah diserap tubuh, mineral-mineral tadi akan ikut terbawa aliran darah dan masuk ke kelenjar air liur. Air liur yang memiliki kandungan mineral penting inilah yang mampu menjaga kekokohan gigi. Dengan demikian, semakin banyak mineral yang terkandung dalam air liur, akan semakin baik. Sebaliknya, fungsi pemeliharaan gigi pun akan menurun jika asupan mineral ke tubuh kurang.

Harap dicatat pula, selagi hamil, alam sudah mengondisikan tubuh si ibu untuk memprioritaskan kebutuhan janinnya lebih dulu ketimbang dirinya. Nutrisi yang masuk ke tubuh, termasuk zat-zat penting penguat gigi, secara otomatis akan diprioritaskan bagi kebutuhan janin. Tak heran kalau minimnya asupan mineral penting selama hamil ikut membuat gigi si ibu jadi gampang keropos dan rusak.

Penyebab lain munculnya keluhan seputar gigi adalah asam lambung yang keluar bersama muntahan. Dari beberapa penelitian terbukti bahwa asam lambung yang ikut keluar dapat merusak email gigi. Akibatnya, kondisi gigi akan semakin buruk dan akhirnya mudah tanggal. Belum lagi kebiasaan para ibu saat bersalin dengan menekan giginya kuat-kuat untuk menahan sakit. Tak heran kalau gigi yang sudah keropos jadi semakin goyang dan akhirnya harus dicabut.

Masih terkait dengan gangguan mual-muntah, kala hamil si ibu jadi enggan menggosok giginya karena khawatir dapat memperparah keluhan mual-muntahnya. Terlebih saat gagang sikat gigi dan bulu sikat gigi menyentuh mulut bagian belakang yang membuatnya merasa mual. Keengganan menggosok gigi ini tentu saja memperburuk kondisi gigi. Di antaranya muncul plak yang lambat laun akan mengeras hingga akhirnya membentuk karang gigi. Plak ini pula yang membuat gusi jadi sensitif dan gampang berdarah.

Memang sih gangguan/keluhan mual-muntah ini sangat individual sifatnya. Artinya, hanya sebagian ibu hamil yang mengalaminya dan merasakan dampak buruknya terhadap gigi. Ini pun terkait dengan kondisi gigi sebelum hamil. "Jika kondisi gigi si ibu sebelum hamil dalam keadaan sehat, umumnya gangguan gigi juga jarang terjadi." Selain itu, gangguan mual-muntah konon tidak terlepas dari kondisi psikologis si ibu hamil.

Itulah mengapa Widi membantah kebenaran mitos yang beredar di kalangan luas bahwa punya anak satu berarti harus rela kehilangan satu gigi, anak dua gigi dua dan seterusnya. Mitos ini jelas tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. "Kasihan sekali dong kalau anaknya banyak," kelakar Widi yang mengaku sering menjumpai ibu-ibu dengan kehamilan kesekian tapi kondisi giginya tetap baik dan sehat.

KENALI GANGGUAN GUSI

Seperti sudah disinggung di atas, perubahan hormonal juga bisa menyebabkan gangguan gigi dan peradangan gusi. Terutama di trimester pertama kehamilan saat terjadi perubahan drastis dari aktivitas hormon estrogen dan progesteron. Untungnya kondisi ini akan berangsur menghilang di trimester berikut atau kala si ibu sudah bisa menyesuaikan diri dengan perubahan hormonal tadi.

Yang kurang disadari, tebalnya plak akibat keengganan menggosok gigi gara-gara keluhan mual-muntah justru akan memperparah masalah. Bukankah plak identik dengan timbunan kuman? Kalau ini yang terjadi bisa dimaklumi mengapa gusi jadi mudah terinfeksi sekaligus gampang mengeluarkan darah. Pasalnya, gusi cukup sensitif terhadap iritasi lokal berupa gigi berlubang, timbunan plak, sisa akar gigi, atau susunan gigi yang tidak beraturan.

Selain itu, gusi yang bengkak juga akan menutup sebagian gigi hingga gigi yang tertutup tadi jadi sulit dibersihkan. Nah, karena sulit dibersihkan, plak di gigi pun akan semakin bertambah. Selanjutnya, jika kian bertumpuk, plak akan memicu terjadinya perdarahan. Dengan kata lain, efeknya seperti ling- karan setan: plak membuat gusi bengkak, bengkaknya gusi mengakibatkan plak menumpuk. Perlu diingat juga, wanita hamil pada dasarnya memang rentan mengalami perdarahan karena selama hamil pembuluh-pembuluh darahnya membesar dan alirannya jadi sedemikian lancar hingga peluang si ibu hamil mengalami pembengkakan dan perdarahan makin menjadi-jadi.

Seberapa parah pembeng-kakan gusi memang tergantung dari seberapa banyak tumpukan plak. Mengenai lokasi pembengkakan, umumnya dijumpai di sela-sela gigi dan tepi gusi. Pembengkakan ini bisa dikenali sebagai benjolan-benjolan kecil disertai warna gusi yang menjadi merah terang atau kadang membiru. Gusi pun jadi lebih lunak dan lentur. Jika tidak diatasi, gangguan ini bisa meluas sampai mencapai akar gigi hingga gigi goyang dan akhirnya tanggal begitu saja. Bukan cuma itu. Gangguan ini juga dapat mengakibatkan infeksi yang memunculkan keluhan demam dan rasa nyeri yang tak tertahankan.

Untuk mengatasi keluhan nyeri tadi dokter biasanya akan meresepkan antibiotika dan obat penahan rasa sakit. Sedangkan di tahap sebelumnya, plak ringan masih bisa ditanggulangi dengan cara menggosok gigi dengan benar dan teratur. Lain halnya jika plaknya sudah sedemikian mengeras dan membentuk karang gigi. Mau tak mau si ibu hamil harus mengunjungi dokter gigi untuk dibersihkan.

PENCEGAHAN

Untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan, Widi sangat menyarankan:

· Semua perempuan, terutama ibu hamil merawat giginya secara benar, rutin dan teratur. Apa pun keluhan yang dihadapi semasa kehamilan, ibu mesti memaksakan diri menggosok giginya sampai bersih, terutama sehabis makan dan menjelang tidur. Dengan demikian, plak yang terbentuk akibat tumpukan kotoran dapat dihindari. Hanya saja, kalau gusi sedang bengkak dan rawan perdarahan, tentu jangan menggosoknya terlalu kuat. Akan lebih baik hasilnya jika sehabis menggosok gigi dilanjutkan dengan berkumur-kumur hingga sisa makanan yang menempel di sela-sela gigi dan tidak terjangkau sikat bisa dibersihkan.

· Ibu hamil juga amat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin dan mineral. Jika dianggap perlu, konsumsilah multivitamin dan kalsium. Tentu sebaiknya lebih dulu berkonsultasi dengan dokter kandungan yang memantau kehamilan Anda. Selain itu, sedapat mungkin hindari makanan yang rasanya asam atau kelewat manis karena sifatnya yang cenderung merusak gigi.

· Yang tak kalah penting, dalam keseharian jangan lupa untuk mencatat seberapa sering gangguan mual-muntah itu muncul. Lalu segera gantilah asupan nutrisi dan vitamin yang keluar lewat muntah tadi. Dengan kata lain, jangan sampai asupan nutrisi dan vitamin serta mineral-mineral penting yang sudah masuk jadi sia-sia keluar kembali bersama muntahan.

· Terakhir, kunjungi dokter gigi secara rutin 3-6 bulan sekali.

Jangan tunggu sampai bermasalah baru merasa perlu berurusan dengan dokter gigi. Kalau kunjungan ke dokter gigi dilakukan teratur, niscaya semua gangguan yang muncul bisa dideteksi dan diatasi dengan cepat dan mudah. Bahkan infeksi dan radang gusi pun bisa dicegah. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati?

· Mengenai hipersalivasi alias banyak produksi air ludah selama kehamilan hendaknya jangan terlalu dikhawatirkan. Banyaknya produksi air ludah justru membantu membuat gigi bertambah kuat. Yang patut dikhawatirkan justru bila si ibu mengalami hiposalivasi atau kekurangan air ludah. Mengapa harus khawatir? Karena gigi justru jadi gampang rusak akibat minim atau tidak cukup tersedia mineral-mineral penting yang mampu menjaga ketahanan gigi.

Saeful Imam. Ilustrator: Pugoeh


0 Comments:

Post a Comment

<< Home