Dari : www.tabloid-nakita.com
Jadi, Bu, tak ada alasan untuk tak memberi ASI eksklusif pada si kecil.
Sangat dianjurkan menyimpan ASI peras di lemari es karena tahan 2 hari dan
kualitasnya pun tak berubah.
Sekitar 70 persen ibu di Indonesia bekerja. Ini berarti, banyak ibu yang
tak bisa menyusui. Namun bukan berarti si kecil tak bisa mendapatkan ASI
sama sekali. Toh, ASI bisa diperas. Dengan begitu, si kecil bisa tetap
memperoleh ASI, bahkan ASI eksklusif yaitu hanya ASI tanpa makanan
tambahan apa pun hingga si kecil berusia 6 bulan.
Hanya sayang, ASI peras tak bisa menggantikan tindakan menyusui itu
sendiri. Seperti diketahui, tindakan menyusui punya banyak pengaruh untuk
pertumbuhan mental dan fisik bayi. "Kalau saja semua bayi mendapatkan
exclusive breast feeding minimal 4 bulan, saya yakin tak akan ada tawuran
seperti sekarang ini. Karena anak-anak yang diberi ASI akan tumbuh menjadi
anak yang kepribadiannya baik, lantaran mereka tumbuh dalam keadaan yang
dinamakan secure attachment, suatu suasana yang aman, hingga mereka akan
mempunyai kepribadian yang baik," tutur dr. Utami Roesli, SpA, MBA.
Itu sebab, ASI peras hanya dianjurkan bagi bayi-bayi yang ibunya bekerja.
"Bila ibu tak bekerja atau si bayi bisa dibawa ke tempat di mana ibunya
berada, harus diusahakan breast feeding atau menyusui langsung, bukan ASI
peras," lanjut ketua Lembaga Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu RS Sint.
Carolus, Jakarta ini. Jadi, Bu, hanya bila situasi dan kondisinya tak
memungkinkan untuk menyusui langsung, barulah si kecil boleh diberi ASI
peras/perah. "Ibaratnya, tak ada rotan, akar pun jadi."
POMPA PISTON
Namun sebelum kita memberikan ASI peras pada si kecil, ada beberapa
"aturan" yang penting diperhatikan. Pertama, sebelum si kecil berusia 4
bulan, sebaiknya ASI peras/perah yang diberikan jangan menggunakan dot
dulu karena si kecil akan "bingung puting." Maksudnya, ia akan susah untuk
kembali menyusu dengan benar pada payudara ibu. Kedua, bila sudah berada
satu atap lagi dengan si kecil, hendaknya ASI peras yang masih ada jangan
diberikan lagi, tapi bayi harus menyusu langsung pada ibu. Bukankah
tindakan menyusui adalah rotan? Jadi, bila ada rotan, mengapa harus
menggunakan akar?
Adapun cara "menabung" ASI peras, yang paling baik dan efektif dengan
menggunakan alat pompa ASI elektrik. Hanya saja, harganya relatif mahal.
Lagi pula, masih ada cara lain yang lebih terjangkau bila punya dana
lebih, yaitu piston atau pompa berbentuk suntikan. Prinsip kerja alat ini
memang seperti suntikan, hingga memiliki keunggulan, yaitu setiap jaringan
pompa mudah sekali dibersihkan dan tekanannya bisa diatur.
Ironisnya, pompa-pompa yang ada di Indonesia jarang sekali berbentuk
suntikan, lebih banyak berbentuk squeeze and bulb. Padahal, harga kedua
pompa tersebut relatif sama. Namun bentuk squeeze and bulb tak pernah
dianjurkan banyak ahli ASI. Soalnya, pompa seperti ini sulit dibersihkan
bagian bulb-nya (bagian belakang yang bentuknya menyerupai bohlam) karena
terbuat dari karet hingga tak bisa disterilisasi. Selain itu, tekanannya
tak bisa diatur, hingga tak bisa sama/rata.
MEMERAH DENGAN JARI
Tentu saja ada yang lebih murah ketimbang pompa-pompa ASI tadi, yaitu
memerah dengan jari. Cara back to nature ini amat sederhana dan tak perlu
biaya. Namun agar hasil perahannya memuaskan, kita perlu mengenal sedikit
anatomi payudara.
Seperti dijelaskan Utami, payudara terdiri tiga komponen yang prinsipil,
yaitu "pabrik" (di daerah berwarna putih), saluran, dan "gudang" (di
daerah warna cokelat atau areola) ASI. Ketiganya seperti bejana
berhubungan. "ASI diproduksi di 'pabrik'nya yang berbentuk seperti
kumpulan buah anggur. Setiap 'pabrik' ASI dilalui otot-otot. Bila
otot-otot ini mengkerut, ia akan memompa ASI ke salurannya menuju
'gudang'. Nah, agar pabrik memproduksi ASI lagi, syarat utamanya ASI di
'gudang' harus habis lebih dulu. Bila 'gudang' kosong, barulah 'pabrik'
akan mengisinya kembali, begitu seterusnya," papar Utami.
Jadi, pada prinsipnya kita harus bisa mengeluarkan ASI yang ada di
"gudang". Caranya, tempatkan tangan kita di salah satu payudara, tepatnya
di tepi areola. Posisi ibu jari terletak berlawanan dengan jari telunjuk.
Tekan tangan ke arah dada, lalu dengan lembut tekan ibu jari dan telunjuk
bersamaan. Pertahankan agar jari tetap di tepi areola, jangan sampai
menggeser ke puting. Ulangi secara teratur untuk memulai aliran susu.
Putar perlahan jari di sekeliling payudara agar seluruh saluran susu dapat
tertekan. Ulangi pada sisi payudara lain, dan jika diperlukan, pijat
payudara di antara waktu-waktu pemerasan. Ulangi pada payudara pertama,
kemudian lakukan lagi pada payudara kedua. Letakan cangkir bermulut lebar
yang sudah disterilkan di bawah payudara yang diperas.
CARA MENYIMPAN
Sebenarnya, tutur Utami, memerah ASI hampir sama dengan mengeluarkan pasta
gigi. Bila kita hanya menekan ujung pasta gigi, tentu pastanya tak akan
keluar. Jadi, kita harus menekan agak ke belakang. "Bila tak keluar
banyak, kemungkinan teknik ibu salah. Mungkin cara memerah susunya seperti
melakukan massage payudara. Ini tak akan mengeluarkan ASI, karena yang
ditekan pada massage payudara adalah 'pabrik' ASI bukan 'gudang'nya. Kan,
kita tak bisa langsung mengeluarkan ASI dari 'pabrik' tapi harus melalui
'gudang' dulu." Jadi, bila tekniknya sudah benar, lama-kelamaan memerah
ASI akan menjadi pekerjaan biasa. Waktu yang dibutuhkan pun tak sampai
setengah jam, tapi susu yang terkumpul bisa mencapi 500 cc, lo.
Setelah diperah, ASI harus di simpan dengan baik agar dapat bertahan lama.
Menurut Utami, di udara terbuka, ASI perah bisa tahan 6-8 jam, tapi bila
ditaruh di kantong plastik lalu dimasukan termos dan diberi es batu, akan
tahan kira-kira 1X 24 jam. Lain lagi bila ASI perah dimasukan di lemari
es, bisa tahan 2X24 jam. Sedangkan bila dimasukkan dalam freezer, bisa
tahan 3 bulan.
Namun dari semua cara penyimpanan tadi, lebih dianjurkan untuk memasukkan
ASI ke dalam termos dan lemari es. "Sudah dibuktikan, lo, ASI perah yang
dimasukkan ke termos dan lemari es tak mengalami perubahan komposisi gizi
sama sekali. Hanya mungkin warna dan bentuknya saja yang berubah." Tak
demikian halnya jika dimasukkan dalam freezer, "ASI akan mengalami
perubahan dalam hal jumlah imunoglobulin, yaitu protein molekul yang
berfungsi sebagai daya tahan tubuh, karena ada yang mati akibat
kedinginan."
SUAPI PAKAI SENDOK
Selanjutnya, ketika ingin memberikan ASI perah pada si kecil, kita harus
menghangatkannya dulu. Namun jangan dipanaskan di atas api, lo, karena
mengakibatkan beberapa enzim penyerapan mati kepanasan. Beberapa buku dari
luar menganjurkan untuk menyiram ASI dengan running tap water, tapi di
Indonesia, kan, jarang ada keran yang berisi air hangat. Jadi cukup dengan
mangkuk yang diisi air hangat (suhu airnya sama dengan suhu air yang biasa
kita gunakan untuk mandi atau suhu tubuh). Adapun lama penghangatan
tergantung suhu ASI, tapi prinsipnya buatlah suhu ASI seperti suhu tubuh
karena akan menyerupai ASI yang dikeluarkan langsung. Nah, setelah selesai
bisa langsung diberikan pada bayi.
Namun cara pemberiannya jangan pakai botol susu dan dot, melainkan disuapi
pakai sendok. Kalau si kecil langsung menyusu dari botol, lama-lama ia
jadi "bingung puting". Jadi, ia hanya menyusu di ujung puting seperti
ketika menyusu dot. Padahal, cara menyusu yang benar adalah seluruh areola
ibu masuk ke mulut bayi. Jadi, kalau si kecil sudah "bingung puting", tak
heran bila ia gagal mengeluarkan ASI di "gudang"nya. Salah satu tanda
posisi si kecil salah menyusu ialah payudara ibu lecet. Akhirnya, si kecil
jadi ogah menyusu langsung dari payudara lantaran ia merasa betapa
sulitnya mengeluarkan ASI. Sementara kalau menyusu dari botol, hanya
dengan menekan sedikit saja dotnya, susu langsung keluar.
Tak usah cemas si kecil akan kekurangan ASI berapapun jumlah ASI perah
yang dikeluarkan. Memang, pada awalnya si kecil akan gelisah dengan jumlah
yang mungkin lebih sedikit dari biasanya, tapi bayi akan cepat
beradaptasi, kok. "Maksimal pada hari keempat, bayi akan sudah terbiasa.
Seberapa pun ASI yang ada, akan diminum. Kalau ditinggali 500 cc, akan
diminum; begitu juga 300 cc, bahkan 200c. Namun ketika ibunya datang, ia
akan minum habis-habisan. Jadi, bayi tak akan kekurangan ASI. Itu sudah
dibuktikan, lo," tutur Utami.
Nah, Bu, tak ada lagi yang perlu dicemaskan, bukan? Ingat, lo, meski bunda
bekerja, si kecil tetap bisa mendapatkan ASI ekslusif!
Faras Handayani . Foto : Iman (nakita)
Jangan Cepat-Cepat Mengganti Asi Dengan Susu Formula
Banyak ibu mengira ASI-nya sedikit hingga si kecil pun diberikan susu
formula. Padahal, tegas Utami, tak ada ibu yang kekurangan ASI. "Jika bayi
kekurangan ASI, bukan lantaran ibunya yang tak bisa memproduksi susu
sebanyak yang diperlukan bayi, melainkan bayinya yang tak bisa mengambil
dari si ibu sebanyak yang diperlukan," terangnya. Jadi, jangan dibalik,
ya, Bu!
Nah, mengapa si kecil tak bisa mengambil ASI sebanyak yang ia perlukan,
tak lain lantaran cara menyusunya yang salah. Jadi, kalau si kecil
harusnya memperoleh ASI sebanyak 100 cc, misal, tapi karena cara
menyusunya salah hingga yang didapat cuma 50 cc, akibatnya yang dipasok
"pabrik" pun cuma 50 cc. Itu sebab, harus diperhatikan betul cara menyusu
pada si kecil. Yang benar, seperti sudah diutarakan di atas, yaitu seluruh
areola ibu masuk ke mulut si kecil.
Faktor lain yang membuat si kecil kekurangan ASI lantaran ibu
mengintervensi bayinya dengan macam-macam. Antara lain, begitu lahir si
kecil langsung diberi susu formula yang sebetulnya enggak perlu. Belum
lagi ketika memberi ASI perah pakai botol susu dan dot, bukan disuapi
pakai sendok.
Hani
Persiapan Memerah
* Waktu yang paling tepat untuk memerah ASI ketika payudara sedang penuh,
bisa diulang kembali sekitar 3-4 jam.
* Alat-alat yang akan digunakan untuk memerah harus
dibersihkan/disetrilisasi lebih dulu. Sebaiknya selesai memerah, alat-alat
tersebut langsung dibersihkan hingga tetap terjaga kebersihannya.
* Ketika memerah, sebaiknya ibu dalam keadaan tenang dan nyaman. Pilih
ruangan yang memungkinkan ibu tak terganggu apa pun. Lebih baik lagi bila
si kecil ada yang menjaga hingga konsentrasi ibu tak terganggu.
* Cuci tangan dengan sabun dan air tiap kali hendak mulai memerah,
sedangkan payudara cukup dicuci dengan air. Jangan gunakan sabun atau apa
pun pada puting.
* Minumlah satu gelas air/sari buah/susu/secangkir sup atau kacang ijo
sebelum memerah ASI.