|         Orang       tua mana yang tak cemas jika bayinya sakit? Apalagi kalau hasil       pemeriksaan dokter sudah mengarah ke salah satu jenis penyakit yang       akhirnya mengharuskan si kecil menjalani rawat inap. Wah, bisa ketar-ketir       perasaan kita.        Di sisi lain, adakalanya apa yang kita       sebut-sebut sebagai penyakit, sebenarnya bukanlah penyakit. Gangguan yang       dialami si kecil kadang tidak sampai harus dikhawatirkan karena toh       biasanya ada yang hilang dengan sendirinya tanpa perlu diobati.        Kalau begitu, bagaimana cara membedakan       antara penyakit yang sebenarnya dengan gangguan kesehatan yang sebe-lumnya       kita anggap penyakit? Bukankah seringkali gejala yang muncul itu serupa.       Nah, untuk lebih jelasnya, berikut pembahasan secara lengkap seputar       gang-guan "normal" dan abnormal yang dapat dijumpai pada bayi       dan penting diketahui orang tua.        BISUL DI       SELURUH TUBUH        * Normal:        Sekitar 50 persen bayi yang lahir cukup       bulan sering mengalami bisul-bisul kecil atau jerawat yang dikelilingi       oleh warna kulit yang kemerahan. Gangguan ini bisa timbul di seluruh tubuh       bayi, entah itu di wajah, badan, punggung, tangan, kaki, dan tempat-tempat       lainnya. Kalangan awam menyebut kondisi seperti ini dengan sebutan sarap.        Puncak terjadinya bisul-bisul ini umumnya       saat bayi berusia dua hari dan biasanya dialami selama kurang lebih dua       minggu. Akibat adanya bisul-bisul ini, orang tua enggan memandikan bayinya       karena takut kondisinya akan memburuk. Padahal dengan begitu, justru bisa       mengundang infeksi kulit karena kulit si kecil berdaki atau kotor akibat       tidak dimandikan. Jadi solusinya sederhana saja, tetap mandikan bayi       seperti biasa.        Sayang, penyebabnya belum diketahui       secara pasti. Walaupun demikian, tak usah terlalu khawatir karena gangguan       yang dalam bahasa kerennya Erythema Toxicum ini akan hilang dengan       sendirinya tanpa perlu diobati.        *       Abnormal:        Lalu apa bedanya dengan bisul-bisul       karena penyakit kulit? Erythema Toxicum biasanya merupakan suatu       gangguan pada kulit bayi yang berdiri sendiri. Artinya, tidak ada gejala       lain selain dari gejala yang sudah diterangkan sebelumnya.        Bila orang tua menemukan bisul-bisul       disertai dengan adanya demam, gatal, bernanah dan lain sebagainya, si       kecil mungkin mengalami penyakit kulit. Bisa saja penyakit kulit tersebut       berupa infeksi, jamur atau bahkan alergi.        BERCAK       MERAH DI WAJAH        *       Normal:        Pada bayi sering juga ditemui kelainan       kulit lainnya berupa bintik-bintik/bercak/noda merah di bagian wajah,       terutama pipi. Terjadinya gangguan ini ada yang menghubungkannya dengan       ASI yang meleleh keluar dari mulut ke pipi bayi saat menyusui. ASI diduga       mengiritasi kulit di pipi bayi tersebut.        Selain gejala di atas, biasanya dapat       juga disertai dengan gejala gatal, sering berulang, dan ada riwayat alergi       dalam keluarga. Berbicara tentang alergi, dikatakan bahwa lebih dari 50       persen bayi yang mengalami kelainan kulit ini, yang bahasa medisnya Dermatitis       Atopic, akan berkem-bang menjadi asma dan jenis alergi lainnya di       kemudian hari.        Salah satu cara yang sederhana yang dapat       dilakukan untuk menghindarinya adalah dengan membersihkan pipi si kecil       dengan air hangat dan mengeringkannya secara lembut setiap kali setelah       bayi diberi ASI.        * Abnormal:        Kulit bayi relatif tipis dengan ikatan       antarsel yang longgar. Oleh karena itulah kulitnya menjadi lebih rentan       terhadap infeksi, iritasi, dan alergi. Secara struktural pun kulit bayi       belum berkembang dan berfungsi optimal.        Bila orang tua menemukan tanda-tanda       infeksi atau lainnya pada kulit bayinya, segera berkonsultasi dengan       dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.        KUNING        * Normal:        Gejala kuning yang tampak pada kulit dan       mata bayi biasanya terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin indirek       dalam darah. Banyak hal yang dapat menyebabkan kadar biliribun indirek ini       meningkat. Pada bayi baru lahir, misalnya, kadar protein yang kurang,       kerja hati yang belum optimal, kurang minum, dan lain-lain.        Kuning pada bayi dianggap masih normal       bila timbulnya kurang lebih pada hari ketiga setelah lahir. Untuk       menghindari atau mengurangi kuning yang terjadi, bayi dianjurkan untuk       tetap diberi ASI dan dijemur di bawah sinar matahari pagi, sebelum jam 10       selama kurang lebih 10-15 menit.        Selain kuning akibat hal di atas, ada       juga kuning pada bayi yang disebabkan justru karena ASI, yang disebut juga       sebagai breastmilk jaundice. Kuning yang terjadi akibat ASI       biasanya timbul pada saat bayi berusia 7 hari dan berkurang dengan       sendirinya dalam waktu 2 hari setelah ASI dihentikan. Hal ini diduga       karena ASI mengandung enzim glukoronidase.        *       Abnormal:        Kuning pada bayi yang harus diwaspadai       adalah kuning yang timbul dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir. Kuning       yang seperti ini disebut sebagai kuning yang patologis. Penyebabnya antara       lain bisa karena ketidakcocokan antara golongan darah atau rhesus ibu dan       bayi, kurangnya enzim glukosa 6 fosfat dehidrogenase, dan lain-lain.       Kelainan-kelainan tersebut harus segera mendapat penanganan dokter di       rumah sakit.        DIARE        * Normal:        Dalam 4 hari pertama, ASI banyak       mengandung kolostrum yang sifatnya seperti pencahar. Akibatnya, jangan       heran bila bayi-bayi yang mendapat ASI eksklusif sejak awal buang air       besarnya sering, seolah-olah menderita diare. Ada yang baru selesai       menyusui, langsung buang air besar.        Di dalam sebuah literatur bahkan       dikatakan ada bayi yang buang air besar dalam 1 hari mencapai 20 kali,       namun tetap normal. Orang tua yang tidak mengerti keadaan ini tentunya       akan menganggap bayinya diare atau mencret.        Bagaimana membuktikan atau membedakan       keadaan ini diare atau bukan? Bila di rumah punya timbangan bayi, timbang       saja berat badan si bayi. Kalau berat badannya tak anjlok tetapi tetap       naik, berarti bukan diare. Selain itu, perhatikan keadaan si kecil, bila       tidak rewel, anteng-anteng saja, tidak gelisah, kemungkinan besar juga       bukan diare.        Selain karena kolostrum, buang air besar       yang sering pada bayi juga bisa terjadi akibat enzim pencernaan yang belum       bekerja secara optimal. Salah satu enzim yang dapat menyebabkan keadaan       ini adalah enzim laktase yang bertugas memecah laktosa menjadi gugus gula       yang mudah diserap di usus.        * Abnormal:        Bayi yang mengalami diare biasanya       terjadi karena kontaminasi kuman pada susu yang diminumnya. Bisa karena       ibu tidak atau lupa mencuci tangan sebelum membuat susu, tidak merebus       botol susu si bayi, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kebersihan.        Jika diare yang terjadi memang karena       kuman, pada kotoran bayi biasanya akan dijumpai darah atau lendir. Selain       itu, jika ditimbang, berat badan bayi akan terlihat merosot dibanding       berat badannya sebelum mengalami diare.        Orang tua yang menjumpai gejala atau       tanda-tanda tersebut pada bayinya, segera bawa ke dokter untuk mendapatkan       penanganan yang tepat.        SEMBELIT        * Normal:        Hampir 100 persen ASI diserap oleh usus       bayi sehingga tidak perlu heran bila ada bayi yang kadang dalam satu hari       tidak buang air besar. Orang tua sering menganggap keadaan bayinya yang       seperti ini sebagai sembelit. Pasalnya, kebanyakan orang tua masih       menganggap bahwa bayi itu harus buang air besar setiap hari.        Saat buang air besar, bayi biasanya akan       mengejan kuat dan mukanya kadang bisa berubah menjadi merah. Sekalipun       kotoran yang dikeluarkannya normal atau dengan kata lain tidak keras.       Kondisi seperti ini merupakan hal yang normal dijumpai pada bayi-bayi usia       di bawah tiga bulan yang sehat. Orang tua tak perlu cemas melihat keadaan       ini dan cepat-cepat menganggapnya sebagai sembelit.        Di dalam sebuah literatur bahkan       dikatakan bahwa pada tahap ini justru orang tua sering bereksperimen       dengan mencoba mengobati bayinya sendiri dengan memberikan obat-obatan       yang melunakkan kotoran. Padahal itu sebenarnya tidak perlu, karena       kotorannya memang tidak keras.        Untuk membedakan apakah normal atau tidak,       lakukan perabaan pada perut bagian kiri. Jika tidak teraba adanya benjolan,       berarti memang tidak ada yang harus dikeluarkan dari tubuh si bayi.        Sembelit yang "normal" ini juga       tidak ada hubungannya dengan makanan yang dimakan ibu. Ada penelitian yang       membuktikan bahwa sekalipun ibu makan banyak sayur-sayuran, tetap saja ada       waktu-waktu tertentu dimana si bayi tidak buang air besar sama sekali       dalam satu hari. Pada perabaan perut bagian kiri juga tidak dijumpai       adanya benjolan yang biasanya merupakan kumpulan kotoran si bayi di dalam       ususnya.        *       Abnormal:        Sembelit yang harus diwaspadai adalah       sembelit yang terjadi sejak bayi lahir, yang terjadi akibat tidak       dijumpainya ganglion-ganglion saraf pada usus besar bayi. Akibatnya,       kotoran bayi di dalam usus tidak bisa tersalurkan sampai ke anus dengan       baik. Kotoran bayi akan berkumpul dan bertambah banyak secara kumulatif di       dalam usus.        Bayi terlihat gelisah dan pada perabaan       perut biasanya akan terasa adanya benjolan yang merupakan kumpulan dari       kotoran bayi yang tidak bisa disalurkan, atau dengan kata lain mampet.       Kelainan ini disebut sebagai penyakit Hirschprung atau Megacollon.        Bila orang tua menemukan keadaan ini,       jangan berpikir panjang lagi, segera bawa ke dokter untuk mendapatkan       penanganan yang tepat. Lagi pula sembelit yang terjadi karena kurang makan       sayur atau buah-buahan biasanya terjadi pada anak dengan usia lebih besar,       tidak pada bayi, apalagi bayi baru lahir.       PENTING       DIPERHATIKAN               Ada beberapa hal lain yang patut       diperhatikan orang tua, di antaranya adalah:        1. Jika orang tua ragu apakah gangguan       yang dialami bayinya tergolong "normal" atau abnormal,       konsultasikan segera ke dokter guna mendapatkan jawaban yang tepat untuk       mengatasi keraguan tersebut.        2. Jangan mencoba untuk mengobati sendiri       bila orang tua sendiri masih ragu terhadap gangguan yang dialami bayinya.       Pemberian obat yang tidak sesuai indikasi justru akan menimbulkan masalah.        Hilman Hilmansyah        Konsultan       Ahli:        dr.       Edi S. Tehuteru, Sp.A, MHA  |