Upaya deteksi kemampuan dasar merupakan langkah yang sangat penting. Salah satunya untuk mengetahui apakah si kecil mengalami keterlambatan atau tidak
Sebenarnya       anak yang bagaimana yang dianjurkan menjalani uji skrining? Tentu saja       anak-anak yang perkembangannya tampak normal. Uji skrining perkembangan       anak adalah suatu tes atau prosedur pemeriksaan yang dilakukan untuk       mengetahui kemampuan dasar anak. Tes ini dilakukan oleh seorang ahli       sebagai deteksi awal untuk mengetahui apakah si kecil me-ngalami gangguan       perkem-bangan atau tidak. Jika hasil skrining menunjukkan anak mengalami       keterlambatan perkembangan, maka dapat segera dirujuk untuk didiagnosis       lebih lanjut serta menjalani terapi yang tepat sedini mungkin. Jadi, anak       yang jelas-jelas terdeteksi mengalami gangguan tentu saja tak perlu lagi       mengikuti uji skrining ini.
       Pertanyaan lainnya adalah anak usia       berapa yang bisa diskrining? Jawabannya anak usia 0 sampai 6,5 tahun       karena di usia inilah proses perkembangan terjadi begitu pesat. Dengan       begitu hasilnya akan jelas, mana anak yang tahapan perkembangannya normal       dan mana yang tidak.
       Uji skrining perkembangan (Development       Screening Test) terdiri atas 105 unsur tes yang dikelompokkan menjadi       empat bagian, yaitu:       
1. Perkembangan       Personal Sosial       
Untuk mengindikasikan kemampuan si kecil       berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain/lingkungannya serta       menilai bagaimana kemandiriannya.       
2. Perkembangan       Motorik Halus       
Untuk menilai kemampuan anak dalam       mengoordinasikan mata dan kedua tangannya. Contohnya untuk menggambar,       menjimpit kismis, mencoret, menyusun balok, dan sejenisnya.       
3. Perkembangan       Bahasa       
Untuk menilai kemampuan anak mendengar       atau merespons suara, berbicara dan mengikuti perintah.       
4. Perkembangan       Motorik Kasar
       Untuk menilai kemampuan anak seperti       jalan, melompat, dan sebagainya.       
PROSEDUR PELAKSANAAN       SKRINING       
Berikut prosedur pelaksanaan uji skrining:       
* Langkah       awal yang dilakukan penguji adalah menjelaskan pada orang tua maupun       mengasuh bahwa skrining ini bukanlah tes intelegensia. Akan tetapi,       merupakan tes untuk melihat perkembangan anak. Konkretnya, apa saja yang       sudah dapat dilakukan anak sesuai dengan usianya.       
*       Selanjutnya suasana tes akan dibuat sedemikian rupa sehingga anak merasa       aman dan nyaman. Salah satu caranya, anak duduk di pangkuan orang tua       sementara di hadapannya kecenderungan normal atau tidak.
       PROSEDUR       PELAKSANAAN TES       
Setelah melewati prosedur tersebut,       dimulailah pelaksanaan tes dengan urutan sebagai berikut:       
*       Tes diawali dengan aspek personal sosial. Hal ini untuk memberi kesempatan       pada anak menyesuaikan diri, khususnya dengan penguji. Penguji juga dapat       melakukan wawancara dengan orang tua atau pengasuh mengenai tingkah laku       anak sehari-hari.       
*       Selanjutnya adalah pengujian dari aspek gerak motorik halus. Anak dapat       langsung diberi alat-alat tes, dimulai dari alat yang menarik perhatian       mereka.       
+ Kemudian       beralih ke sektor bahasa. Setelah uji personal sosial dan motorik halus,       diharapkan anak sudah lebih beradaptasi dan sudah mau berkomunikasi atau       berbicara dengan penguji serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang       diajukan.
       + Terakhir       adalah menguji gerak motorik kasar.       
Penting untuk diingat, pengujian untuk       setiap sektor dimulai dari unsur tes yang relatif paling mudah dilakukan       anak. Selanjutnya, secara bertahap diberikan tes-tes yang tergolong sulit.       Bila anak melakukan 3 kali kesalahan pada satu tes, maka tetap akan       dilanjutkan pada unsur tes berikutnya. Secara umum memang anak dibolehkan       untuk melakukan tiga kali tes pada setiap unsur tes. Anak yang tak       berhasil melakukan salah satu tes belum tentu dinilai gagal karena hasil       keseluruhan tes harus dilihat. Selain itu, penguji juga mencatat bagaimana       respons anak, semisal kerja sama, perhatian, tingkah laku, rasa percaya       diri, maupun tingkat kegugupannya.       
JENIS PENILAIAN       
Ada 4 jenis penilaian yang diberikan       untuk setiap satu unsur tes, yaitu P (Pass/lulus), F (Failure/gagal),       R (Refusal/menolak) atau OP (No Opportunity/tidak ada       kesempatan). Keterlambatan perkembangan (scoring delays) terlihat       bila sebuah unsur tes gagal dimana sebenarnya 90 persen anak-anak pada       usia yang sama berhasil atau lulus. Hasil tes akhir bergantung pada hasil       jumlah delay. Dari 4 tes tadi akan disimpulkan hasilnya, yaitu       normal, questionable (dipertanyakan), abnormal atau untestable (       tidak dapat dites).
       Pada akhir tes, orang tua akan ditanya       oleh penguji apakah yang dilakukan anak selama tes memang sesuai dengan       tingkah laku atau kemampuan si anak sehari-hari. Bila ternyata ada       beberapa unsur tes yang memperoleh scoring delays, maka dianjurkan       untuk melakukan skrining lagi dalam jangka waktu dua minggu kemudian untuk       memastikan keterlambatannya.       
CONTOH       TES
       Berikut       beberapa contoh pelaksanaan dan petunjuk penilaian unsur tes untuk bayi       dan batita:       
Personal Sosial              
* Tersenyum       menanggapi       
Pelaksanaan: Penguji tersenyum dan       berbicara pada anak tanpa menyentuhnya.       
Penilaian: Lulus bila anak membalas       tersenyum. Jika anak tak tersenyum, tanyakan pada orang tua apakah anak       dapat tersenyum tanpa disentuh dulu.       
Pertanyaan: Apakah anak tersenyum ketika       Anda tersenyum padanya walaupun Anda tak menyentuh atau menggendongnya?       
*       Bermain bola       
Pelaksanaan: Gulingkan bola ke arah anak       dan coba minta padanya untuk menggulingkan atau mendorong kembali boal itu       ke arah penguji.       
Penilaian: Lulus bila anak menggulingkan       atau mendorong bola kembali ke arah penguji. Apabila anak mengembalikan       dengan membawa bola itu ke penguji, maka tes ini gagal.       
Gerakan Motorik Halus       
*       Menggenggam mainan       
Pelaksanaan: Sentuhkan mainan di atas       punggung tangan atau ujung-ujung jari anak saat dia berbaring atau dalam       pangkuan/gendongan orang tuanya.       
Penilaian: Lulus, bila anak meraih dan       menggenggam mainan itu untuk beberapa detik.       
*       Mengambil dua kubus       
Pelaksanaan: Letakkan dua kubus di atas       meja di depan anak. Katakan pada anak untuk mengambilnya.       
Penilaian: Lulus, apabila anak mengambil       dua kubus dan menggenggamnya di kedua tangannya (kiri dan kanan) pada       waktu bersamaan. Jika hal ini tak terjadi, tanyakan pada orang tuanya       apakah anak dapat mengambil dua benda kecil yang dapat digenggam seperti       itu.       
Pertanyaan: Apakah anak dapat mengambil       dua benda pada saat posisi duduk dan menggenggamnya dalam setiap tangannya       pada saat bersamaan?       
Bahasa       
*       Respons pada bunyi bel       
Pelaksanaan: Pegang bel di suatu tempat       yang tak terlihat anak (bisa disamping atau sedikit di belakang telinganya).       Bunyikan bel dengan lembut. Jika anak tampak tak memperhatikan, coba lagi.       
Penilaian: Lulus, apabila anak       memperlihatkan perubahan apa pun saat ia mendengar bunyi bel, seperti       gerakan mata, kecepatan bernapas, atau perubahan lainnya.       
Tertawa       
Pelaksanaan:       Selama tes, amati apakah anak tertawa keras.       
Penilaian:       Lulus, apabila anak tertawa keras tanpa digelitik. Jika tak terdengar,       tanyakan pada orang tua anak.       
Pertanyaan:       Dapatkah anak tertawa keras tanpa Anda menggelitiknya?       
Gerakan motorik kasar       
*       Telungkup, dada terangkat, tangan menopang       
Pelaksanaan: Posisikan anak telungkup       pada permukaan yang rata       
Penilaian: Lulus, apabila anak mengangkat       kepala dan dadanya ke atas serta menegakkan tangannya untuk menopang badan       sehingga wajahnya memandang lurus ke depan.       
*       Melempar bola       
Pelaksanaan: Katakan pada anak untuk       melempar bola pada penguji dengan menggunakan gearkan tangan ke arah atas.       
Penilaian: Lulus,       apabila anak berdiri sekitar 3 kaki dari penguji dan melempar bola       tersebut ke atas penguji di antara lutut dan wajahnya. Tidak dapat dinilai       jika anak menolak melempar ke arah penguji tapi membuang bola jauh ke arah       lain.       
Konsultan       Ahli: Yuliana Hanaratri, BSN, MAN, 
       dari       Mario Carlo Development Screening Test Center, 
       sekaligus       praktisi keperawatan STIK St. Carolus, Jakarta
        
       GUNAKAN       PEDIATRIC SYMPTOM CHECKLIST       UNTUK TES DI RUMAH
       Agar tak       terlambat mengenali keterlambatan perkembangan anak, orang tua bisa       menggunakan metode Pediatric Symptom Checklist (PSC). Caranya dengan       mengisi PSC yang terdiri atas 35 pertanyaan seputar perilaku anak.       Masing-masing pertanyaan tadi mengindikasikan sesuatu, sedangkan jumlah       nilai yang diperoleh akan memberi gambaran apakah yang bersangkutan       memerlukan observasi lebih lanjut atau tidak.       
Namun ingat, fungsi PSC hanyalah       indikator awal. Penanganan selanjutnya adalah segera membawa si anak ke       dokter bila nilai yang diperoleh tak sesuai dengan standar yang       dikategorikan wajar. Perlu dicatat, PSC ini efektif untuk diterapkan pada       anak usia 4-16 tahun.       
Narasumber:       
       Dr.       Soedjatmiko, Sp. A(K), M.Si., 
       dari       Bagian IKA FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta
        
       DAFTAR       PERTANYAAN
       Berikut 35       pertanyaan yang harus diisi orang tua:       
1.       Anak sering mengeluh nyeri pada beberapa bagian tubuh. Lokasi rasa nyeri       sering berpindah tanpa sebab yang jelas.       
2.       Anak lebih sering menyendiri.       
3.       Anak sering cepat merasa lelah dan seperti tidak bertenaga.       
4.       Anak sering terlihat gelisah dan tidak bisa duduk tenang.       
5.       Anak sering bermasalah dengan guru.       
6.       Anak terlihat kurang berminat atau kurang terlibat dalam kegiatan di       sekolah.       
7.       Anak terlihat berperilaku seperti dikendalikan oleh motor (selalu bergerak       ke sana kemari).       
8.       Anak terlihat banyak melamun.       
9.       Perhatian anak mudah beralih atau sering terlihat bingung.       
10.       Anak sering takut pada suasana baru.       
11.       Anak sering terlihat sedih atau tidak gembira.       
12.       Anak terlihat mudah marah.       
13.       Anak terlihat gampang putus asa.       
14.       Anak terlihat sukar berkonsentrasi.       
15.       Anak terlihat tidak suka berteman.       
16.       Anak sering berkelahi dengan anak lain.       
17.       Anak sering tidak masuk sekolah atau membolos.       
18.       Anak pernah tidak naik kelas.       
19.       Anak sering merendahkan atau menyalahkan diri sendiri.       
20.       Anak sering dibawa ke dokter tetapi tidak ditemukan kelainan.       
21.       Anak sering sulit tidur.       
22.       Anak sering merasa khawatir yang tidak beralasan.       
23.       Anak ingin selalu dekat orang tua.       
24.       Anak merasa dirinya jelek.       
25.       Anak sering melakukan tindakan nekat dan mengambil risiko yang tidak ada       manfaatnya.       
26.       Anak sering terluka.       
27.       Anak merasa kurang bahagia.       
28.       Anak sering bertingkah seperti anak yang lebih muda usianya.       
29.       Anak terlihat tidak memedulikan aturan.       
30.       Anak tidak bisa mengungkapkan perasaannya.       
31.       Anak tidak dapat merasakan perasaan orang lain.       
32.       Anak terlihat sering mengganggu orang lain.       
       33.       Anak sering menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dibuatnya.
34.       Anak pernah/sering mengambil barang orang lain.
35.       Anak sering menolak untuk berbagi dengan orang lain.
 INDIKATOR       JAWABAN
                            | Nilai            |          
                    | Tidak pernah dilakukan                                   0            |          
                    | Jarang/kadang-kadang dilakukan                      1            |          
                    | Sering dilakukan                                            2 |          
       
       MAKNA PEROLEHAN NILAI
                           | 0-27             Wajar.            |          
                    | 28       ke atas Perlu mendapat pengamatan dan pemeriksaan lebih lanjut. |          
       
       Marfuah       Panji Astuti. Foto: Iman/NAKITA